Selasa, 03 Mei 2011

analisis semiotik


ANALISIS SEMIOTIK CERPEN “KARTU POS DARI SURGA” KARYA AGUS NOOR
TUGAS INDIVIDU
oleh
Retno Gandaresmi Fitroh
0809453

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2010
Analisis cerpen Kartu Pos dari Surga karya Agus Noor 2008
dengan analisis semiotika

cepren kartu pos dari surga karya agus noor  merupakan cerpen yang menggunakan banyak kata yang bermakna tidak sebenarnya atau kiasan. Cerpen ini akan di analisis dengan telaah semiotik satra, karena di dalam cerpen ini banyak banyak menggunakan simbol-simbol yang mengibaratkan sesuatu agar cerpen ini terasa lebih menarik.
Selanjutnya dikatakan Pradopo (2005) bahwa dalam penelitian sastra dengan pende­katan semiotik, tanda yang berupa indekslah yang paling banyak dicari (diburu), yaitu berupa tanda-tanda yang menunjukkan hubungan sebab-akibat (dalam pengertian luasnya).
Semiotik merupakan lanjutan dari penelitian strukturalisme. Hubungan antara semiotik dan strukturalisme adalah sebagai berikut.  
”Keterangan ini akan  menjelaskan bagaimana sebenarnya hubungan antara semiotik dan strukturalisme.
(a)                      Semiotik digunakan untuk memberikan makna kepada tanda-tanda sesudah suatu penelitian struktural.
(b)                      Semiotik hanya dapat dilaksanakan melalui penelitian strukturalisme yang memungkinkan kita menemui tanda-tanda yang dapat memberi makna (Junus, 1988: 98).

Lebih lanjut Junus (1988: 98) menjelaskan bahwa pada (a) semiotik merupakan lanjutan dari strukturalisme. Pada (b) semiotik memerlukan untuk memungkinkan ia bekerja. Pada (a), semiotik seakan apendix ’ekor’, kepada strukturalisme. Tapi tidak demikian halnya pada (b). Untuk menemukan tanda, sesuai dengan pengertian sebagai ilmu mengenai tanda. Semiotik tidak dapat memisahkan diri dari strukturalisme, ia memerlukan strukturalisme . dan sekaligus, semiotik juga menolong memahami suatu teks secara strukturalisme.”
Keterangan di atas menunjukkan bahwa strukturalisme tidak dapat dipisahkan dengan semiotik, karena sastra itu merupakan struktur tanda-tanda yang bermakna. Dalam perkembangan ilmu sastra, beberapa teoritisi sastra menganggap bahwa semiotik dapat dijadikan sebagai salah satu alat untuk memperkuat sebuah analisis karya sastra setelah sebelumnya dilakukan terlebih dahulu analisis secara struktural. Seperti dikemukakan oleh Zaimar (1990 : 24) bahwa analisis struktural akan berhasil menampilkan bentuk karya, serta pelanggaran-pelanggaran terhadap konvensi karya sastra yang terdapat di dalamnya, namun analisis struktural tidak dapat memecahkan masalah pemahaman karya. Itulah sebabnya dilakukan analisis semiotik.
Berdasarkan uraian di atas, maka analisis semiotik prosa fiksi yang harus dilakukan adalah melihat semua struktur sebagai tanda. Penganalisis harus selalu bertanya apakah tokoh, latar, alur, dan pengaluran, dan penceritaan di dalamnya itu merupakan sebuah tanda/simbol atau bukan.
Setelah melihat unsur-unsur itu sebagai simbol, simbol-simbol tersebut dideskripsikan berdasarkan konteksnya. Kemudian dilakukan klasifikasi berdasarkan deskripsi tadi dan ditafsirkan maknanya. Ketika melihat tanda-tanda tersebut, adakalanya tanda­-tanda tersebut berkaitan dengan teks-teks yang lain. Oleh karena itu, untuk memahami makna teks tersebut harus selalu dikaitkan dengan teks yang dirujuknya tadi.

Cerpen ini mengisahkan tentang seorang anak kecil bernama Beningnya yang hidupnya penuh dengan penantian. Dia menanti kabar dari ibunya yang selalu memberinya kartu pos. Beningnya setiap hari bermuram durja karena kartu pos dari ibunya tak kunjung ada, sampai-sampai ayahnya harus membohonginya untuk mengembalika semangat anaknya dengan mengirimkan kartu pos untuk anaknya. Namun Beningnya tahu bahwa kartu pos itu bukan dari ibunya karena tulisan yang tertera pada kartu pos itu bukan tulisan ibunya. Beningnya sampai pernah meminta untuk ke rumah pak pos untuk mengambil kartu pos dari ibunya itu, sebab ayahnya pernah mengatakan “mungkin pak posnya sedang sakit, jadi tidak bisa mengantarkan krtu pos dari ibunya”. Hingga suatu malam Beningnya ditemui oleh roh ibunya yang telah meninggal, dan ibunya memberikan kartu pos untuk Beningnya. Kini ayah dan pengasuhnya tidak usah bingung untuk menjelaskan kepada Beningnya lagi tentang keadaan ibunya.
Analisis Aspek Verbal/Bahasa
Dalam cerpen ini pengarang menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti oleh para pembaca. Bahasa yang digunakannya tidak kaku atau terlalu bebas, jadi cerpen ini bisa dinikmati kalangan manapun.

Analisis Semiotika dalam cerpen Kartu Pos dari Surga
Ø  Dari segi judulnya “Kartu pos dari surga” ini memiliki simbol suatu kabar dari alam lain lewat sebuah kartu pos dengan tanda-tandanya, yaitu kartu pos itu terbuat dari kain kafan dan pinggirannya coklat terbakar agar terlihat seperti motif.
Ø  Beningnya, nama anak ini menandakan bahwa sang anak masih kecil dan tak berdosa, bening tanpa noda sedikitpun.
Ø  Seperi capung melintas halaman, menandakan beningnya berlari tanpa melihat sekeliling apa ada penghalang atau tidak.
Ø  Mulutnya langsung kaku, mengartikan bibirnya tidak dapat mengeluarkan sepatah kata pun.
Ø  Sahabat pena, adalah pertemanan yang terjali hanya lewat sebuah tulisan yang saling dikirim antar satu dengan yang lainnya. Bisa dikatakan pula sebagai teman yang maya, karena sosoknya tidak lagsung berjumpa.
Ø  Mata beningnya berkaca-kaca, maksud dari kalimat ini adalah mata beningnya mengeluarkan air mata. Berkaca-kaca sama artinya dengan menangis.
Ø  Ada cahaya terang keluar dari celah pintu yang bukan cahaya lampu. Cahaya yang terang keperakan. Cahaya disini bukan cahaya biasa namun memberikan tanda bahwa cahaya ini pengantar suatu pesan. Pengarang ingin memberikan tanda bahwa ada sesuatu keganjilan yang terjadi seperti yang sudah biasa terjadi jika ada cahaya yang temaram dan bukan cahaya lampu itu menandakan bahwa sesuatu yang gaib datang.
Ø  Hawa dingin bagai merembes dari dinding. Ini juga pertanda yang sama dengan yang sebelumnya.situasi atau keadaan seperti ini menandakan sedang ada keganjilan yang berhubungan denga alam gaib. Kebiasaan-kebiasaan yang terjadi yang bersangkut paut dengan alam gaib.
Ø  Bau wangi yang ganjil mengambang Dan cahaya itu makin menggenangi lantai. Disini diceritakan seperti ini untuk menguatkan persepsi awal tentang hadirnya keganjilan.
Ø  Ada asap lembut, serupa kabut, keluar dari lubang kunci. Bau sengit membuat tersedak. Lebih keras dari bau amoniak. Disini pengararang lebih mempertegas lagi keadaan dan menguatkan makna dari symbol yang telah ada untuk agar pembaca semakin mengerti apa maksud dari cerpen ini.
Ø  Hanya kartu pos-kartu pos yang berserakan. Menandakan seseorang telah datang dan membuat keadaan seperti itu.
Ø  Tadi mama datang. Kalimat ini memberikan jawaban dari tanda sebelumnya tentang kartu pos yang berserakan. Pengarang memberi tanda lalu memberikan jawaban atas tanda itu. Fungsi kalimat ini member penguatan atas kalimat sebelumnya
Ø  Sepotong kain serupa kartu pos. Kain kafan yang tepiannya kecoklatan bagai bekas terbakar. Disini pengarang kembali pada awal atau judulnya. Pengarang memberi tanda untuk mengartikan maksud dari judul dan kalimat terakhirnya berkaitan dan memiliki arti yang sama namun berbeda fungsi. Pada kalimat di akhir memperkuat persepsi atas judul dengan cerita-cerita pada bagianklimak cerita dengan menggunkan tanda-tanda tadi yang telah disampaikan.

1 komentar: