Selasa, 03 Mei 2011

sunda


PENGARUH PERIBAHASA SUNDA TERHADAP
WATAK SISWA

Watak ialah struktur batin manusia yang tampak dalam tindakan tertentu. Tindakan tersebut bisa berupa baik atau buruk, perilaku benar atau tidak benar, dan perilaku bermoral atau tidak bermoral.
Dalam pergaulan di sekolah siswa pasti mendapatkan masalah yang cukup serius dalam perwatakan dan menjadi sebuah  masalah juga kepada gurunya, bagaimana guru menjadikan siswanya berwatak yang baik, benar dan bermoral.
Salah satu cara seorang guru untuk membimbing watak  seorang siswa melalui substansi pelajaran bahasa sunda di daerah adalah dengan mengenalkan siswa-siswanya dengan peribahasa yang mengandung makna baik.
Peribahasa dapat dikategorikan sebuah teks sastra lama, karena peribahasa tidak ada pengarangnya, milik bersama sehingga kita bisa mewariskannya kepada siapapun, menurut pada logika sendiri, dan berfungsi yang sentralnya adalah manusia.
Peribahasa adalah satu kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya dan mengandung pengertian tetentu dan hanya memiliki satu makna tidak lebih. Ada beberapa peribahasa yang merupakan perumpamaan yaitu perbandingan makna yang sangat jelas karena didahului oleh perkataan seola-olah, ibarat, bak, seperti, laksana, macam, bagai, dan umpama.
Ada beberapa contoh peribahasa yang bisa mempengaruhi sikap siswa diantaranya adalah Indung tungkul rahayu, bapa tangkal darajat (Orangtua harus dihormati), Nete taraje nincak hambalan (hati-hati dalam bersikap), Cunduk waktu nu rahayu, Niggang mangsa nu sampurna, niti wanci nu mustari (Tepat pada waktunya). Masih banyak peribahasa sunda yang mampu mempengaruhi watak siswa secara tidak disadari oleh siswanya.
Selain digunakan sebagai bahan pengantar pembelajaran, dengan memperkenalkan siswa dengan peribahasa akan berdampak juga pada pelestarian peribahasa sunda yang hampir tidak diketahui oleh anak jaman sekarang. selain peribahasa , bahasa sundanya pun akan terlestarikan dan tidak akan punah. Karena melihat anak muda sekarang malu untuk menggunakan bahasa daerahnya sendiri, Jadi sebaiknya sedini mungkin bahasa daerah terus diajarkan kepada siswa.
Peribahasa tersebut tidak serta merta hanya sebuah peribahasa biasa saja, dalam pengajaran di sekolah guru dapat menggunakannya sebagai pengajaran yang tidak tercantum dalam silabus. Walaupun tidak terdapat dalam silabus, namun pengajaran ini penting bagi perkembangan siswa.
Tujuan pembelajaran diselipi peribahasa adalah, agar siswa lebih mudah memahami dan lebih tertarik juga tidak merasa selalu digurui. Jika guru melakukannya dengan tidak seperti mengurui, maka siswa akan merasa lebih nyaman dan siswa tidak sadar bahwa apa yang telah mereka dapat adalah sebuah pengajaran juga.
Peribahasa juga mampu membuat siswa aktif dan kreatif, siswa dapat termotivasi untuk memahami lebih jauh dan mencari lebih banyak peribahasa. Selain itu siswa juga akan mengerti maksud dan tujuan peribahasa itu. Setelah memahami maksud dari peribahasa itu, siswa dapat berperilaku lebih baik dan mencerminkan orang yang terpelajar.
Sebuah pembelajaran itu bisa berupa pengajaran yang diluar konteks tapi tetap bersifat pengajaran yang baik. Salah satu upaya guru untuk mendidik siswanya mempunyai watak yang baik adalah dengan memperkenalkan peribahasa yang bermakna baik terhadap perkembangan watak siswa. Peribahasa dapat menjadi jalan keluar bagi guru untuk mendidik siswanya tanpa ada marah dan kekerasan terhadap siswa, karena peribahasa juga ada berbagai macam, dan bisa disesuaikan pemakaiannya. Karena jika pemakaiannya tidak cocok  dengan keadaan, maka akan terjadi penyimpangan. dan yang ditakutkan adala siswa salah mengartikan sebuah peribahasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar